STRATEGI PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN
KEMAMPUAN BERBICARA SISWA SD SEBAGAI SUATU KETERAMPILAN BERBAHASA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa memegang peranan penting dalam
kehidupan manusia karena bahasa merupakan alat komunikasi manusia dalam
kehidupan sehari-hari. Dengan bahasa, seseorang dapat menyampaikan ide,
pikiran, perasaan atau informasi kepada orang lain. Hal ini sejalan dengan
pemikiran bahwa bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat berupa
simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia.
Berbicara merupakan suatu keterampilan
dalam berbahasa dan mempunyai peranan sosial yang sangat penting dalam
kehidupan manusia. Berbicara merupakan alat komunikasi yang sangat vital.
Kemampuan berbicara seseorang turut menentukan kesuksesan kariernya. Begitu
pentingnya berbicara sehingga keterampilan dalam berbicara ini merupakan salah
satu sasaran dalam pembelajran bahasa Indonesia.
Pentingnya keterampilan berbicara bukan
saja bagi guru, tetapi juga bagi siswa sebagai subjek dan objek didik. Namun
pada kenyataannya, dalam mengajarkan pembelajaran bahasa Indonesia guru masih
terpaku pada buku sumber yang digunakan, sementara itu kemampuan siswa dalam berbicara
masih dirasa kurang berkembang. Banyak siswa yang masih malu-malu apabila
disuruh berbicara di depan kelas dan adapula siswa yang bicaranya
tersendat-sendat serta berkeringat dingin karena tidak terbiasa berbicara di
depan kelas.
Hal tersebut disebabkan karena
teknik pengajaran yang digunakan kurang menggali potensi siswa untuk dapat
terampil berbicara, untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam
berkomunikasi secara lisan dapat diupayakan dengan berbagai metode dan teknik.
Penggunaan strategi pembelajaran yang variatif serta inovatif diharapkan tidak
membuat jenuh dan monoton dalam menyajikan materi pelajaran, sehingga dapat
menciptakan situasi pembelajaran yang kondusif dan dapat mencapai salah satu
sasaran dari pembelajaran bahasa Indonesia yaitu ketrampilan berbicara.
B.
Rumusan
Masalah
1. Apa
yang dimaksud dengan keterampilan berbicara?
2. Apa
yang dimaksud berbicara sebagai keterampilan berbahasa?
3. Apa
tujuan berbicara itu?
4. Apa
saja jenis-jenis berbicara itu?
5. Bagaimana
pembelajaran berbicara itu?
C.
Tujuan
Penulisan
Tujuan dari penyusunan
makalah ini adalah sebagai berikut:
1.
Untuk mengetahui pentingnya kemampuan berbicara
sebagai suatu keterampilan berbahasa
2.
Untuk mengetahui strategi pembelajaran yang tepat
dalam meningkatkan kemampuan berbicara siswa SD yang meliputi:
a.
Pemilihan materi pembelajaran yang sesuai dengan jenis
keterampilan berbicara yang akan dikembangkan dalam diri siswa.
b.
Pemilihan metode pembelajaran yang tepat
untuk meningkatkan kemampuan berbicara siswa SD.
c.
Pemilihan media pembelajaran yang tepat untuk
mempermudah proses pembelajaran.
d.
Pemilihan jenis evaluasi pembelajaran
keterampilan berbicara yang sesuai untuk mengukur kemampuan berbicara para
siswa.
D.
Manfaat
Penulisan
1. Secara
Teoritis
Memberikan pengetahuan dan informasi bagi
para pembaca, khususnya bagi para pengajar Sekolah Dasar tentang strategi
pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan kemampuan berbicara siswa Sekolah
Dasar.
2. Secara
Praktis
Memberikan masukan-masukan kepada para
pengajar Sekolah Dasar dan lembaga pendidikan tentang strategi pembelajaran
yang tepat untuk meningkatkan kemampuan berbicara siswa Sekolah Dasar sebagai
suatu keterampilan berbahasa .
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Keterampilan Berbahasa
Berbicara
merupakan salah satu aspek keterampilan berbahasa dan juga merupakan sasaran
pembelajaran berbahasa Indonesia. Keterampilan berbicara dapat meningkat jika
ditunjang oleh keterampilan berbahasa yang lain, seperti menyimak, membaca, dan
menulis. Keterampilan berbicara ini sangat penting posisinya dalam kegiatan
belajar-mengajar.
Pentingnya keterampilan berbicara bukan
saja bagi guru, tetapi juga bagi siswa sebagai subjek dan objek didik. Dalam
kehidupan sehari-hari, manusia dituntut terampil berbicara. Seseorang yang
terampil berbicara cenderung berani tampil di masyarakat. Dia juga cenderung
memiliki keberanian untuk tampil menjadi pemimpin pada kelompoknya.
Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau
kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan
dan perasaan (Tarigan, 2008).
Iskandarwassid dan Dadang (2008)
mengemukakan bahwa keterampilan berbicara pada hakikatnya merupakan
keterampilan memproduksi arus sistem bunyi artikulasi untuk menyampaikan
kehendak, kebutuhan perasaan, dan keinginan kepada orang lain.
Berbicara merupakan suatu keterampilan,
dan keterampilan tidak akan berkembang kalau tidak dilatih secara terus
menerus. Oleh karena itu, kepandaian berbicara tidak akan dikuasai dengan baik
tanpa dilatih. Apabila selalu dilatih, keterampilan berbicara tentu akan
semakin baik. Sebaliknya, kalau malu, ragu, atau takut salah dalam berlatih
berbicara, niscaya kepandaian atau keterampilan berbicara itu semakin jauh dari
penguasaan. Keterampilan berbicara lebih mudah
dikembangkan apabila murid-murid memperoleh kesempatan untuk mengkomunikasikan
sesuatu secara alami kepada orang lain, dalam kesempatan-kesempatan yang
bersifat informal.
B. Berbicara sebagai suatu Keterampilan
Berbahasa
Berbicara adalah suatu keterampilan
berbahasa yang berkembang pada kehidupan anak, yang hanya didahului oleh
keterampilan menyimak, dan pada masa tersebutlah kemampuan berbicara atau
berujar dipelajari. Berbicara berhubungan erat dengan perkembangan kosa kata
yang diperoleh oleh sang anak (Tarigan,2008).
Greene dan Petty (dalam Tarigan,2008)
menjelaskan bahwa keterampilan-keterampilan yang diperlukan bagi kegiatan
berbicara yang efektif banyak persamaannya dengan yang dibutuhkan bagi
komunikasi efektif; dalam keterampilan-keterampilan berbahasa yang lainnya itu.
1.Hubungan
antara Berbicara dan Menyimak
Hal-hal yang dapat memperlihatkan eratnya
hubungan antara berbicara dan menyimak, adalah sebagai berikut:
a.
Ujaran biasanya dipelajari melalui
menyimak dan meniru. Oleh karena itu, contoh yang disimak atau direkam oleh
anak sangat penting dalam penguasaan kecakapan berbicara.
b.
Kata-kata yang akan dipakai serta
dipelajari oleh sang anak biasanya ditentukan oleh perangsang yang mereka
temui.
c.
Ujaran sang anak mencerminkan pemakaian
bahasa di rumah dan dalam masyarakat tempatnya hidup. Misalnya, ucapan,
intonasi, kosa kata, penggunaan kata-kata, dan pola-pola kalimat.
d.
Anak yang lebih muda lebih dapat
memahami kalimat-kalimat yang jauh lebih panjang dan rumit daripada
kalimat-kalimat yang diucapkannya.
e.
Meningkatkan keterampilan menyimak
berarti membantu meningkatkan kualitas berbicara seseorang.
f.
Bunyi atau suara merupakan faktor
penting dalam meningkatkan cara pemakaian kata-kata sang anak. Oleh karena itu,
sang anak akan tertolong kalau mereka menyimak ujaran-ujaran yang baik dari
para guru, rekaman-rekaman yang bermutu, cerita-cerita yang bernilai tinggi,
dan lain-lain.
g.
Berbicara dengan bantuan alat-alat
peraga akan menghasilkan penangkapan informasi yang lebih baik pada pihak
penyimak. Umumnya, sang anak akan meniru bahasa yang didengarnya.
2. 2. Hubungan antara Berbicara dan Membaca
Hubungan-hubungan
antara bidang kegiatan lisan dan membaca telah dapat diketahui dari beberapa
telaah penelitian, antara lain:
a.
Penampilan membaca berbeda sekali dengan
kecakapan berbahasa lisan.
b.
Pola-pola ujaran yang tuna-aksara
mungkin mengganggu pelajaran membaca bagi anak-anak.
c.
Pada tahun-tahun awal sekolah, ujaran
membentuk suatu dasar bagi pelajaran membaca, maka membaca bagi anak-anak kelas
yang lebih tinggi turut membantu meningkatkan bahasa lisan mereka; misalnya
kesadaran linguistik mereka terhadap istilah-istilah baru, struktur kalimat
yang baik dan efektif, serta penggunaan kata-kata yang tepat.
d.
Kosa kata khusus mengenai bahan bacaan
haruslah diajarkan secara langsung. Seandainya muncul kata-kata baru dalam buku
bacaan siswa, maka guru hendaknya mendiskusikannya kepada siswa agar mereka
memahami maknanya sebelum mereka memulai untuk membacanya.
3. Hubungan antara Ekspresi Lisan dan Ekspresi
Tulis
Komunikasi
lisan dan komunikasi tulis erat sekali berhubungan karena keduanya mempunyai
banyak persamaan, antara lain:
a.
Anak belajar bebicara jauh sebelum dia
dapat menulis; dan kosa kata, pola-pola kalimat, serta organisasi ide-ide yang
memberi ciri kepada ujarannya merupakan dasar bagi ekspresi tulis berikutnya.
b.
Perbedaan-perbedaan terdapat pula antara
komunikasi lisan dan komunikasi tulis. Ekspresi lisan cenderung ke arah kurang
berstruktur, lebih sering berubah-ubah, tidak tetap, biasanya lebih kacau dan
membingungkan daripada komunikasi tulis.Sebaliknya, komunikasi tulis cenderung
lebih unggul dalam isi pikiran maupun struktur kalimat, lebih formal dalam gaya
bahasa dan jauh lebih teratur dalam pengertian ide-ide.
c.
Pembuat catatan serta pembuat bagan atau
rangka ide-ide yang akan disampaikan pada suatu pembicaraan, akan menolong
siswa untuk mengutarakan ide-ide tersebut kepada para pendengar. Para siswa
harus belajar berbicara dari catatan-catatan. Mereka membutuhkan banyak latihan
berbicara dari catatan agar penyajiannya jangan terputus-putus dan
tertegun-tegun. Biasanya bagan atau rangka yang dipakai sebagai pedoman dalam
berbicara sudah cukup memadai, kecuali dalam kasus laporan formal dan
terperinci yang memerlukan penulisan naskah yang lengkap sebelumnya.
Guru bahasa haruslah melihat instruksi
atau pengajarannya dalam konteks yang tepat lagi wajar. Sang guru harus melihat
bahwa pengajaran manyimak, berbicara, dan menulis itu haruslah sering
berhubungan serta berkaitan erat dengan keterampilan berbahasa yang keempat,
yaitu membaca. Segala usaha yang
dilakukan untuk meningkatkan salah satu segi tersebut jelas akan berpengaruh
kepada ketiga segi lainnya; dan melalaikan salah satu di antaranya, jelas pula
memberikan pengaruh jelek pada yang
lainnya.
C. Tujuan Berbicara
Berbicara itu lebih
daripada hanya sekedar pengucapan bunyi-bunyi atau kata-kata. Berbicara adalah
suatu alat untuk mengomunikasikan gagasan-gagasan yang disusun serta
dikembangkan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan sang pendengar atau penyimak.
Mulgrave (dalam Tarigan,2008) menjelaskan
bahwa berbicara merupakan instrumen yang mengungkapkan kepada penyimak
hampir-hampir secara langsung apakah sang pembicara memahami atau tidak, baik
bahan pembicaraannya maupun peyimaknya; apakah dia bersikap tenang serta dia
dapat menyesuaikan diri atau tidak, pada saat dia mengomunikasikan gagasan-gagasannya;
dan apakah dia waspada serta antusias atau tidak.
Tujuan utama dari berbicara adalah untuk
berkomunikasi. Agar dapat menyampaikan
pikiran secara efektif, sebaiknya sang pembicara memahami makna segala sesuatu
yang ingin dikomunikasikan.
Selain
itu, Iskandarwassid dan Dadang (2008:242) menjelaskan bahwa tujuan berbicara
akan mencakup hal-hal berikut:
1.
Kemudahan berbicara
Peserta didik harus mendapat kesempatan
yang besar untuk berlatih berbicara sampai mereka mengembangkan keterampilan
ini secara wajar, lancar, dan menyenangkan, baik di dalam kelompok kecil maupun
di hadapan pendengar umum yang lebih besar jumlahnya.
2.
Kejelasan
Dalam
hal ini peserta didik berbicara dengan tepat dan jelas, baik artikulasi maupun
diksi kalimat-kalimatnya. Gagasan-gagasan yang diucapkan harus tersusun dengan
baik. Dengan latihan berdiskusi yang mengatur cara berfikir yang logis dan
jelas, kejelasan berbicara tersebut dapat dicapai.
3.
Bertanggung jawab
Latihan berbicara yang bagus menekankan pembicara
untuk bertanggung jawab agar berbicara secara tepat, dan dipikirkan dengan
sungguh-sungguh mengenai apa yang menjadi topik pembicaraan, tujuan
pembicaraan, siapa yang diajak berbicara, dan bagaimana situasi pembicaraan
serta momentumnya. Latihan demikian ini akan menghindarkan peserta didik dari
berbicara yang tidak bertanggung jawab atau bersifat silat lidah yang
mengelabuhi kebenaran.
4.
Membentuk pendengaran yang kritis
Latihan berbicara yang baik sekaligus
mengembangkan keterampilan menyimak secara tepat dan kritis. Di sini peserta
didik perlu belajar untuk dapat mengevaluasi kata-kata, niat, dan tujuan
pembicara.
5.
Membentuk kebiasaan
Kebiasaan berbicara tidak dapatt dicapai
tanpa kebiasaan berinteraksi dalam bahasa yang dipelajari atau bahkan dalam
bahasa ibu. Faktor ini demikian penting dalam mebentu kebiasaan berbicara dalam
perilaku seseorang.
D. Jenis-jenis Berbicara
Puji, dkk. (2008:6.35) mengemukakan
bahwa klasifikasi berbicara dapat dilakukan berdasarkan tujuannya, situasinya,
cara penyampaiannya, dan jumlah pendengarnya. Perinciannya adalah sebagai
berikut:
1.
Berbicara berdasarkan tujuannya
a.
Berbicara memberitahukan, melaporkan,
dan menginformasikan.
Berbicara
untuk tujuan memberitahukan, melaporkan atau menginformasikan dilakukan jika
seseorang ingin menjelaskan suatu proses; menguraikan, menafsirkan sesuatu;
memberikan, menyebarkan atau menanamkan pengetahuan; dan menjelaskan kaitan,
hubungan atau relasi antarbenda, hal atau peristiwa.
b.
Bicara menghibur
Berbicara
untuk menghibur memerlukan kemampuan menarik
perhatian pendengar. Suasana pembicaraannya bersifaf santai dan penuh
canda. Humor yang segar, baik dalam gerak-gerik, cara berbicara dan menggunakan
kata atau kalimat akan memikta para pendengar.
c.
Berbicara membujuk, mengajak, meyakinkan
atau menggerakkan
Dalam kegiatan berbicara ini, pembicara
harus pandai merayu, mempengaruhi atau meyakinkan pendengarnya. Kegiatan
berbicara seperti ini akan berhasil jika pembicara benar-benar mengetahui
kemauan, minat, kebutuhan atau cita-cita pendengarnya.
2.
Berbicara berdasarkan situasinya
a.
Bebicara formal
Dalam situasi formal, pembicara dituntut untuk
berbicara secara formal. Misalnya, ceramah dan wawancara.
b.
Berbicara informal
Dalam situasi
informal, pembicara boleh berbicara secara tidak formal.
Misalnya,
bertelepon.
3.
Berbicara berdasarkan cara
penyampaiannya
a.
Berbicara mendadak terjadi jika
seseorang tanpa direncanaka sebelumnya harus berbicara di muka umum.
b.
Berbicara berdasarkan catatan
Dalam berbicara
seperti ini, pembicara menggunakan catatan kecil pada kartu-kartu yang telah
disiapkan sebelumnya dan telah menguasai materi pembicaraannya sebelum tampil
di muka umum.
c.
Berbicara berdasarkan hafalan
Dalam berbicara
hafalan, pembicara menyiapkan dengan cermat dan menulis dengan lengkap bahan
pembicaraannya. Kemudian, dihafalkan kata demi kata, kalimat demi kalimat
sebelum membicarakannya.
d.
Berbicara berdasarkan naskah
Dalam berbicara
seperti ini, pembicara telah menyusun naskah pembicaraannya secara tertulis dan
dibacakannya pada saat berbicara. Jenis berbicara ini, dilakukan dalam situasi
yang menuntut kepastian dan resmi, serta menyangkut kepentingan umum.
4.
Berbicara berdasarkan jumlah
pendengarnya
a.
Berbicara antarpribadi
Berbicara
antarpribadi terjadi jika dua orang membicarakan sesuatu. Suasana
pembicaraannya dapat bersifat serius atau santai bergantung pada masalah yang
diperbincangkan atau bergantung kepada hubungan kedua pribadi yang terlibat
dalam pembicaraan.
b.
Berbicara dalam kelompok kecil
Pembicaraan
seperti ini terjadi antara pembicara dengan sekelompok kecil pendengar (3-5
orang). Dalam kegiatan pembelajaran, jenis berbicara seperti ini, sering
dilakukan. Kelompok kecil merupakan sarana yang dapat digunakan untuk melatih
siswa mengungkapkan pendapatnya secara lisan, terutama untuk melatih siswa yang
jarang berbicara. Suasana dalam kelompok kecil lebih memungkinkan siswa berani
berbicara.
c.
Berbicara dalam kelompok besar
Jenis berbicara
seperti ini terjadi apabila pembicara menghadapi pendengar yang berjumlah
besar. Perpindahan peran dari pembicara menjadi pendengar atau dari pendengar
menjadi pembicara dalam berbicara seperti ini kemungkinan kecil sekali, bahkan
tidak terjadi.
E. Pembelajaran Berbicara
1. Pengertian Pembelajaran Berbicara
Pembelajaran merupakan terjemahan dari instructional yaitu proses memberi rangsangan kepada siswa supaya
belajar, sedangkan yang dimaksud dengan pembelajaran bahasa adalah proses
memberi rangsangan belajar berbahasa kepada siswa dalam upaya siswa mencapai
kemampuan berbahasa (Puji, 2008).Oleh karena berbicara adalah salah satu
kemampuan dalam berbahasa maka pembelajaran berbicara adalah proses memberi
rangsangan belajar berbicara kepada siswa dalam upaya siswa mencapai kemampuan
berbicara.
2.
Tujuan Pembelajaran Berbicara
Tujuan Pembelajaran Berbicara pada siswa
SD adalah siswa diharapkan mampu berbicara secara efektif untuk mengungkapkan
gagasan, pendapat dan perasaan, dalam berbagai bentuk dan cara kepada berbagai
sasaran sesuai dengan tujuan dan konteks pembicaraan.
3. Karakteristik Pembelajaran Berbicara
Kegiatan berbicara dapat
berlangsung jika setidak-tidaknya ada dua orang yang berinteraksi, atau seorang
pembicara menghadapi seorang lawan bicara. Kegiatan berbicara yang bermakna
juga dapat terjadi jika salah satu pembicara memerlukan informasi baru atau
ingin menyampaikan informasi penting kepada orang lain. Berikut disajikan
sejumlah karakteristik yang harus ada dalam kegiatan pembelajaran berbicara
antara lain:
a.
Harus ada lawan bicara;
b. Penguasaan lafal, struktur, dan kosa kata;
c. Ada
tema atau topik yang dibicarakan;
d.
Ada informasi yang ingin disampaikan atau sebaliknya ditanyakan;
e.
Memperhatikan situasi dan konteks.
3.
Strategi
Pembelajaran untuk Meningkatkan Kemampuan Berbicara Siswa Sekolah Dasar
Kamus besar bahasa Indonesia (dalam
Puji,dkk.,2008) menjelaskan bahwa strategi bermakna rencana yang cermat
mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus.
Selain kegiatan, termasuk dalam strategi
pembelajaran adalah materi dan paket pembelajaran.Dick & Carey (dalam
Abdul,2012) menjelaskan strategi pembelajaran diartikan sebagai’Semua komponen
materi, paket pengajaran, dan prosedur yang dilakukan untuk membantu siswa dalam
mencapai tujuan pembelajaran tertentu
a. Kriteria Pemilihan Materi Pembelajaran
Berbicara
Abdul
(2012:66) mengemukakan bahwa materi pembelajaran adalah sekumpulan pengetahuan,
sikap dan keterampilan yang harus dipelajari siswa untuk membantu tercapaiya
kompetensi atau tujuan pembelajaran.
Pemilihan materi pembelajaran berbicara
bergantung pada jenis keterampilan berbicara yang akan dikembangkan dalam diri
siswa. Kegiatan pembelajaran berbicara meliputi: menyapa, memperkenalkan diri,
bertanya, menjawab pertanyaan, bercerita (menceritakan pengalaman, buku/cerita
yang pernah didengarkan/dibaca), berpendapat dalam diskusi kelompok, memberi
petunjuk, bermain peran, mewawancarai dan lain-lain.
Kriteria
pemilihan bahan atau materi sebagai berikut:
1) Sesuai
dengan jenis keterampilan berbicara yang akan dilatihkan;
2) Bervariasi sehingga siswa mendapatkan pengalaman
belajar yang beragam;
3) Dapat mengembangkan kosakata sehingga
keterampilan berbicara tidak menjemukan;
4) Memberikan contoh
ketepatan ucapan (pelafalan), dan intonasi sehingga siswa mampu berbicara
dengan jelas;
5) Dapat mengembangkan wawasan yang
lebih luas;
6) Topik kegiatan berbicara
harus aktual ( tengah menjadi sorotan publik);
7) Bahan diorganisasi
secara sistematis dengan mengikuti prinsip-prinsip pembelajaran (dari yang
mudah ke yang sukar, dari yang dekat ke yang jauh dari yang dikenal ke yang
tidak dikenal, dari yang sederhana ke yang kompleks);
8) Kegiatan
pembelajaran dikemas yang menarik, kadang dilakukan di luar kelas;
9) Menggunakan metode
dan teknik yang dapat menumbuhkan minat siswa belajar dan tertarik dengan
pembelajaran bahasa;
10)
Memilih sumber dan media pembelajaran yang dapat menumbuhkan
pikiran-pikiran kritis dan kreatif.
Pemilihan
materi pembelajaran berbicara seharusnya sesuai dengan butir-butir materi yang
telah digariskan di dalam standar isi. Selain itu, pemilihan materi juga
disesuaikan dengan tingkat kelas, keadaan siswa, situasi dan kondisi yang
melingkupinya serta kompetensi dasar yang harus dicapai pada setiap
tingkat. Di samping itu, pemilihan materi harus dikaitkan dengan kehidupan
nyata siswa dan kecakapan hidup.
b. Metode
Pembelajaran Berbicara
Menurut Abdul (2012) metode
mengajar lebih menunjuk kepada tehnik atau cara mengajar.Metode pembelajaran
merupakan salah satu unsure dalam strategi pembelajaran. Berikut ini adalah
ciri metode pembelajaran yang baik:
1)
Mengundang rasa ingin tahu murid;
2)
Menantang murid untuk belajar;
3)
Mengaktifkan mental, fisik dan psikis
murid;
4)
Memudahkan guru;
5)
Mengembangkan kreatifitas murid; dan
6)
Mengembangkan pemahaman murid terhadap
materi yang dipelajari.
Dalam strategi
pengajaran, pemakaian beberapa teknik dipandang lebih menguntungkan daripada
hanya menggunakan satu tehnik saja. Berikut ini adalah beberapa metode
pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan berbicara pada
anak SD:
1 1) Diskusi
Metode diskusi adalah metode mengajar
yang menghendaki sekelompok siswa membahas suatu masalah ditinjau dari berbagai
segi atau sudut pandang (Abdul, 2012:81).
Tujuan penggunaan metode diskusi
agar siswa dapat:
a)
Mengembangkan pengetahuannya untuk
mengatasi masalah;
b)
Menyampaikan pendapatnya dengan bahasa
yang baik dan benar;
c)
Menghargai pendapat orang lain;
d)
Merpikir kreatif dan kritis.
Dalam
metode diskusi siswa dilatih untuk:
a)
Merumuskan masalah;
b)
Menerapkan tema pembicaraan;
c)
Menyampaikan pendapat dengan bertanggung
jawab;
d)
Menghargai pendapat orang lain;
e)
Menarik kesimpulan;
f)
Menyusun laporan diskusi
2)
Metode Inkuiri
Metode inkuiri adalah suatu cara yang
digunakan guru untuk mengajar di depan kelas yang dapat dilakukan dengan cara
murid-murid diberi kesempatan untuk meneliti suatu masalah sehingga ia dapat
menemukan cara penyelesaiannnya (Puji dkk., 2008:3.37). Misalnya, anak
melakukan wawancara dengan narasumber yang ada di lingkungan sekolah atau di rumah.
Tujuan metode inkuiri
a)
Membentuk dan mengembangkan rasa percaya
diri;
b)
Mendorong siswa untuk berpikir kritis
dan bekerja atas inisiatifnya sendiri;
c)
Mengembangkan bakat dan kecakapan
individu;
d)
Memberi siswa kesempatan untuk belajar
sendiri;
e)
Mendorong murid untuk memperoleh
informasi.
Dalam
metode inkuiri ini siswa dilatih untuk:
a)
Menyusun rencana kegiatan;
b)
Menentukan sasaran kegiatan;
c)
Menentukan target kegiatan;
d)
Berkomunikasi dengan orang lain;
e)
Mencari sumber informasi
3) Metode Tanya-Jawab
Tanya jawab adalah suatu teknik untuk
member motivasi para murid agar timbul keberanian untuk bertanya atau
menjawabpertanyaan guru selama proses pembelajaran berlangsung ( Puji
dkk.,2008).
Pada konteks pembelajaran, pertanyaan
merupakan strategi pembelajaran yang paling umum digunakan di kelas. Moore
(dalam Farida, 2006) menjelaskan bahwa bertanya (questioning) memainkan peranan penting dalam kegiatan belajar
mengajar di kelas. Dalam pembelajaran, pertanyaan yang disusun dengan baik
dapat menciptakan sikap kritis pada siswa. Hasil penelitia yang dikutip oleh
Burn dkk. (dalam Farida, 2006) menunjukkan bahwa jenis pertanyaan yang diajukan
guru tentang materi bacaan berpengaruh pada jenis informasi yang diingat siswa.
Siswa dapat mengingat dengan baik informasi yang ditanyakan secara langsung.
Dengan kata lain, dalam kegiatan belajar mengajar guru hendaknya sering
memberikan pertanyaan kepada siswa-siswanya, baik secara individual, kelompok
kecil, maupun kelas (Farida,2006:110).
Tujuannya
adalah sebagai berikut:
a)
Siswa dapat mengerti dan mengingat
kembali materi yang telah dipelajari, didengar atau dibaca;
b)
Siswa dapat berpikir secara kronologis
atau runut;
c)
Siswa dapat mengetahui taraf pengetahuan
dan pemahamannya;
d)
Siswa dapat memahami bacaan.
Dalam
tanya jawab siswa berlatih:
a)
Merumuskan pertanyaan;
b)
Menyebutkan fakta;
c)
Menyampaikan opini atau tanggapan;
d)
Mengungkapkan kembali uraian secara
runut;
e)
Menggunakan kata Tanya;
f)
Bersikap kritis.
4) Metode
sosiodrama dan bermain peran
Teknik sosiodrama ialah mendramatisasikan
dan mengekspresikan tingkah laku, ungkapan, gerak-gerik seseorang dalam
hubungan soSial antarmanusia (Puji dkk.,2008).
Abdul (2012) mengemukakan bahwa metode
dramatisasi adalah metode mengajar di mana sekelompok siswa ditugasi memerankan
atau membawakan suatu cerita atau drama baik cerita fiktif maupun cerita
sejarah.
Tujuan teknik sosiodrama dan
bermain peran adalah agar siswa dapat:
a)
Memahami perasaan orang lain;
b)
Menempatkan diri dalam situasi orang lain;
c)
Mengerti dan menghargai perbedaan
pendapat.
Dalam sosiodrama dapat
mengembangkan kemampuan siswa dalam berlatih:
a)
Menjiwai peran yang dimainkan;
b)
Mengemukakan pendapat;
c)
Memecahkan masalah bersama;
d)
Menarik kesimpulan dari sebuah
peristiwa; dan
e)
Bersosialisasi dengan lingkungan.
c. Media Pembelajaran Berbicara
Ditinjau dari segi bahasa, istilah media
(jamak) medium (tunggal) mengandung arti perantara. Dalam kegiatan sehari-hari
di sekolah, media sering diartikan sebagai alat peraga. Gangne & Reiser (dalam Abdul,2012) menjelaskan bahwa
dalam hubungannya dengan pembelajaran,
media diartikan sebagai ‘sarana fisik yang digunakan untuk mengkomunikasikan
pesan pesan pembelajaran kepada siswa’.
Media pembelajaran merupakan alat bantu
yang digunakan guru untuk mempermudah proses pembelajaran. Proses pembelajaran
merupakan urutan kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa untuk menguasai
kompetensi dasar. Oleh karena itu, penentuan media pembelajaran selalu
berkaitan dengan materi dan kompetensi dasar.
Media yang dapat digunakan dalam
pembelajaran berbicara antara lain, gambar, televisi, melalui hubungan pribadi
dan pengalaman langsung misalnya melalui
diskusi, tanya jawab, dan lain sebagainya.
d. Penilaian
berbicara
Dibandingkan dengan penilaian
pembelajaran keterampilan berbahasa lainnya penilaian pembelajaran keterampilan
berbicara sulit dilaksanakan, karena persiapan, pengadministrasian, pelaksanaan
dan perskorannya memerlukan banyak waktu dan tenaga.Selain hal-hal tersebut
keterampilan berbicara sulit dilaksanakan karena hakikat kemampuan berbicara
itu sendiri sulit didefinisikan. Akibatnya, terjadi perbedaan pendapat dalam
menentukan criteria penilaian. Ada yang beranggapan bahwa tata bahasa,
kosokata, dan pelafalan merupakan aspek-aspek
yang harus dinilai dalam pembelajaran berbicara. Ada juga yang berpendapat
bahwa kelancaran berbicara dan ketepatan berekspresi merupakan faktor yang
penting dalam penilaian pembelajaran berbicara.
Ada tiga jenis tes yang dapat
digunakan guru untuk mengukur kemampuan berbicara para siswanya, antara lain:
1) Tes
respons Terbatas
a) Tes
respons terarah
Dalam tes respons
terarah, siswa diminta menirukan isyarat (cue)
yang disampaikan guru.
b) Tes
isyarat atau penanda gambar
Gambar dapat digunakan
untuk mengukur kemampuan berbicara siswa kelas rendah. Guru dapat menggunakan
gambar sederhana sebagai dasar untuk bertanya.
c) Tes
berbicara nyaring
Guru meminta siswa
membaca dengan bersuara kalimat atau paragraph yang disediakan.
2) Tes
terpadu
a) Tes
parafrase
Dalam pelaksanaannya,
tes keterampilan berbicara ini dapat dipadukan dengan pembelajaran menyimak dan
membaca. Siswa diminta menyimak atau membaca cerita. Kemudian, mereka diminta
menceritakan kembali hasil menyimak atau membacanya dengan kata-katanya sendiri.
b) Tes
penjelasan
Siswa diminta untuk
menjelaskan topic tertentu dalam waktu yang telah ditetapkan, misalnya dalam
waktu 3 menit. Kegiatan ini dapat diawali dengan memberikan rangsangan dengan
cara memperlihatkan gambar atau benda-benda lain yang diakrabi siswa, misalnya
sambil memperlihatkan sebatang pensil guru meminta siswa tertentu untuk
mendeskripsikannya.
c) Tes
Bermain Peran Terpadu
Tes ini diberikan
kepada siswa yang kurang mampu berimajinasi atau pemalu. Guru memberikan siswa
naskah dialog. Sebelum dialog dilangsungkan guru menjelaskan hal-hal yang
berkaitan dengan dialog. Topik yang diangkat dalam dialog, sebaiknya berkaitan
dengan hal-hal yang dekat dengan siswa.
3) Tes
wawancara
Wawancara tidak hanya sebatas menanyakan nama,
usia, pekerjaan kepada orang yang diwawancarai. Dalam wawancara, antara siswa
yang satu dengan yang lainnya, terjadi percakapan seperti halnyamereka
bercakap-cakap dalam kehidupan sehari-hari. Selama berwawancara, siswa
pewawancara harus bersikap wajar, tidak dibuat-buat, dan tidak bersikap
kasar.Wawancara dapat dijadikan contoh wujud kegiatan berbahasa yang
sebenarnya, tetapi waktu yang diperlukan untuk itu cukup banyak.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berbicara
adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk
mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan. Keterampilan
berbicara dapat meningkat jika ditunjang oleh keterampilan berbahasa yang lain,
seperti menyimak, membaca, dan menulis.
Keterampilan memilih strategi pembelajaran merupakan
keterampilan yang perlu dimiliki oleh para guru dan para pendidik lainnya. Hal
ini dikarenakan strategi pembelajaran sangatlah penting dalam pelaksanaan
pembelajaran, sehingga harus dipilih dengan cermat agar dapat digunakan secara
optimal dan kompetensi pembelajaran yang diinginkan dapat tercapai.
Materi pembelajaran, metode pembelajaran, media
pembelajaran dan evaluasi hasil belajar adalah unsur-unsur dalam strategi
pembelajaran. Oleh karena itu, dalam memilih strategi pembelajaran yang tepat
untuk meningkatkan kemampuan berbicara siswa SD, guru harus memperhatikan
beberapa unsur-unsur strategi pembelajaran yaitu materi pembelajaran, metode
pembelajaran, media pembelajaran dan evaluasi hasil belajar.
B.
Saran
Saran yang dapat disampaikan Penyusun antara lain:
1. Para guru maupun para pendidik harus memiliki pengetahuan dan pengalaman
yang berkenaan dengan strategi pembelajaran. Dengan memiliki kemampuan memilih
strategi pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan kemampuan berbicara siswa
SD, para guru dapat melaksanakan kegiatan pembelajaran yang efektif, sehingga kompetensi
pembelajaran berbicara yang diinginkan dapat tercapai.
2.
Dalam memilih strategi pembelajaran yang
tepat untuk meningkatkan kemampuan berbicara siswa SD, guru harus memperhatikan
beberapa unsur-unsur strategi pembelajaran yaitu materi pembelajaran, metode
pembelajaran, media pembelajaran dan evaluasi hasil belajar.
DAFTAR
PUSTAKA
Santosa, Puji., dkk. 2008. Materi Pembelajaran Bahasa Indonesia SD. Jakarta: Univrersitas Terbuka.
Tarigan, H. G.2008.
Berbicara Sebagai Suatu
Keterampilan Berbicara. Bandung: Angkasa.
Iskandarwassid ,dan Dadang, S.2008. Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung:
PT
RemajaRosdakarya.
Rahim, Farida. 2006. Pengajaran Membaca SD. Jakarta: Bumi Aksara.
Gafur, Abdul.2012. Desain Pembelajarn: Konsep, Model, dan Aplikasinya Dalam Perencanaan
Pelaksanaan Pembelajaran. Yogyakarta: Ombak.
0 comments:
Post a Comment