SELAMAT DATANG DI BLOK SAYA! SELAMAT MEMBACA DAN SEMOGA BERMANFAAT!!
RSS

Makalahku


 
STRATEGI PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA SISWA SD SEBAGAI SUATU KETERAMPILAN BERBAHASA

BAB I
PENDAHULUAN
         A.  Latar Belakang
      Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia karena bahasa merupakan alat komunikasi manusia dalam kehidupan sehari-hari. Dengan bahasa, seseorang dapat menyampaikan ide, pikiran, perasaan atau informasi kepada orang lain. Hal ini sejalan dengan pemikiran bahwa bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia.
      Berbicara merupakan suatu keterampilan dalam berbahasa dan mempunyai peranan sosial yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Berbicara merupakan alat komunikasi yang sangat vital. Kemampuan berbicara seseorang turut menentukan kesuksesan kariernya. Begitu pentingnya berbicara sehingga keterampilan dalam berbicara ini merupakan salah satu sasaran dalam pembelajran bahasa Indonesia.
      Pentingnya keterampilan berbicara bukan saja bagi guru, tetapi juga bagi siswa sebagai subjek dan objek didik. Namun pada kenyataannya, dalam mengajarkan pembelajaran bahasa Indonesia guru masih terpaku pada buku sumber yang digunakan, sementara itu kemampuan siswa dalam berbicara masih dirasa kurang berkembang. Banyak siswa yang masih malu-malu apabila disuruh berbicara di depan kelas dan adapula siswa yang bicaranya tersendat-sendat serta berkeringat dingin karena tidak terbiasa berbicara di depan kelas.
Hal tersebut disebabkan karena teknik pengajaran yang digunakan kurang menggali potensi siswa untuk dapat terampil berbicara, untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam berkomunikasi secara lisan dapat diupayakan dengan berbagai metode dan teknik. Penggunaan strategi pembelajaran yang variatif serta inovatif diharapkan tidak membuat jenuh dan monoton dalam menyajikan materi pelajaran, sehingga dapat menciptakan situasi pembelajaran yang kondusif dan dapat mencapai salah satu sasaran dari pembelajaran bahasa Indonesia yaitu ketrampilan berbicara.

B.     Rumusan Masalah
1.    Apa yang dimaksud dengan keterampilan berbicara?
2.    Apa yang dimaksud berbicara sebagai keterampilan berbahasa?
3.    Apa tujuan berbicara itu?
4.    Apa saja jenis-jenis berbicara itu?
5.    Bagaimana pembelajaran berbicara itu?

C.    Tujuan Penulisan
Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.      Untuk mengetahui pentingnya kemampuan berbicara sebagai suatu keterampilan berbahasa
2.      Untuk mengetahui strategi pembelajaran yang tepat dalam meningkatkan kemampuan berbicara siswa SD yang meliputi:
a.       Pemilihan materi pembelajaran yang sesuai dengan jenis keterampilan berbicara yang akan dikembangkan dalam diri siswa.
b.      Pemilihan metode pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan kemampuan berbicara siswa SD.
c.       Pemilihan media pembelajaran yang tepat untuk mempermudah proses pembelajaran.
d.      Pemilihan jenis evaluasi pembelajaran keterampilan berbicara yang sesuai untuk mengukur kemampuan berbicara para siswa.

D.    Manfaat Penulisan
1.      Secara Teoritis
      Memberikan pengetahuan dan informasi bagi para pembaca, khususnya bagi para pengajar Sekolah Dasar tentang strategi pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan kemampuan berbicara siswa Sekolah Dasar.
2.      Secara Praktis
      Memberikan masukan-masukan kepada para pengajar Sekolah Dasar dan lembaga pendidikan tentang strategi pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan kemampuan berbicara siswa Sekolah Dasar sebagai suatu keterampilan berbahasa .

BAB II
PEMBAHASAN
A.  Pengertian Keterampilan Berbahasa
       Berbicara merupakan salah satu aspek keterampilan berbahasa dan juga merupakan sasaran pembelajaran berbahasa Indonesia. Keterampilan berbicara dapat meningkat jika ditunjang oleh keterampilan berbahasa yang lain, seperti menyimak, membaca, dan menulis. Keterampilan berbicara ini sangat penting posisinya dalam kegiatan belajar-mengajar.
      Pentingnya keterampilan berbicara bukan saja bagi guru, tetapi juga bagi siswa sebagai subjek dan objek didik. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia dituntut terampil berbicara. Seseorang yang terampil berbicara cenderung berani tampil di masyarakat. Dia juga cenderung memiliki keberanian untuk tampil menjadi pemimpin pada kelompoknya.
      Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan (Tarigan, 2008).
      Iskandarwassid dan Dadang (2008) mengemukakan bahwa keterampilan berbicara pada hakikatnya merupakan keterampilan memproduksi arus sistem bunyi artikulasi untuk menyampaikan kehendak, kebutuhan perasaan, dan keinginan kepada orang lain.
Berbicara merupakan suatu keterampilan, dan keterampilan tidak akan berkembang kalau tidak dilatih secara terus menerus. Oleh karena itu, kepandaian berbicara tidak akan dikuasai dengan baik tanpa dilatih. Apabila selalu dilatih, keterampilan berbicara tentu akan semakin baik. Sebaliknya, kalau malu, ragu, atau takut salah dalam berlatih berbicara, niscaya kepandaian atau keterampilan berbicara itu semakin jauh dari penguasaan. Keterampilan berbicara lebih mudah dikembangkan apabila murid-murid memperoleh kesempatan untuk mengkomunikasikan sesuatu secara alami kepada orang lain, dalam kesempatan-kesempatan yang bersifat informal.

B. Berbicara sebagai suatu Keterampilan Berbahasa
      Berbicara adalah suatu keterampilan berbahasa yang berkembang pada kehidupan anak, yang hanya didahului oleh keterampilan menyimak, dan pada masa tersebutlah kemampuan berbicara atau berujar dipelajari. Berbicara berhubungan erat dengan perkembangan kosa kata yang diperoleh oleh sang anak (Tarigan,2008).
      Greene dan Petty (dalam Tarigan,2008) menjelaskan bahwa keterampilan-keterampilan yang diperlukan bagi kegiatan berbicara yang efektif banyak persamaannya dengan yang dibutuhkan bagi komunikasi efektif; dalam keterampilan-keterampilan berbahasa yang lainnya itu.

          1.Hubungan antara Berbicara dan Menyimak
      Hal-hal yang dapat memperlihatkan eratnya hubungan antara berbicara dan menyimak, adalah sebagai berikut:
a.    Ujaran biasanya dipelajari melalui menyimak dan meniru. Oleh karena itu, contoh yang disimak atau direkam oleh anak sangat penting dalam penguasaan kecakapan berbicara.
b.    Kata-kata yang akan dipakai serta dipelajari oleh sang anak biasanya ditentukan oleh perangsang yang mereka temui.
c.    Ujaran sang anak mencerminkan pemakaian bahasa di rumah dan dalam masyarakat tempatnya hidup. Misalnya, ucapan, intonasi, kosa kata, penggunaan kata-kata, dan pola-pola kalimat.
d.   Anak yang lebih muda lebih dapat memahami kalimat-kalimat yang jauh lebih panjang dan rumit daripada kalimat-kalimat yang diucapkannya.
e.    Meningkatkan keterampilan menyimak berarti membantu meningkatkan kualitas berbicara seseorang.
f.     Bunyi atau suara merupakan faktor penting dalam meningkatkan cara pemakaian kata-kata sang anak. Oleh karena itu, sang anak akan tertolong kalau mereka menyimak ujaran-ujaran yang baik dari para guru, rekaman-rekaman yang bermutu, cerita-cerita yang bernilai tinggi, dan lain-lain.
g.    Berbicara dengan bantuan alat-alat peraga akan menghasilkan penangkapan informasi yang lebih baik pada pihak penyimak. Umumnya, sang anak akan meniru bahasa yang didengarnya.

2.         2. Hubungan antara Berbicara dan Membaca
      Hubungan-hubungan antara bidang kegiatan lisan dan membaca telah dapat diketahui dari beberapa telaah penelitian, antara lain:
a.    Penampilan membaca berbeda sekali dengan kecakapan berbahasa lisan.
b.    Pola-pola ujaran yang tuna-aksara mungkin mengganggu pelajaran membaca bagi anak-anak.
c.    Pada tahun-tahun awal sekolah, ujaran membentuk suatu dasar bagi pelajaran membaca, maka membaca bagi anak-anak kelas yang lebih tinggi turut membantu meningkatkan bahasa lisan mereka; misalnya kesadaran linguistik mereka terhadap istilah-istilah baru, struktur kalimat yang baik dan efektif, serta penggunaan kata-kata yang tepat.
d.   Kosa kata khusus mengenai bahan bacaan haruslah diajarkan secara langsung. Seandainya muncul kata-kata baru dalam buku bacaan siswa, maka guru hendaknya mendiskusikannya kepada siswa agar mereka memahami maknanya sebelum mereka memulai untuk membacanya.
3.     Hubungan antara Ekspresi Lisan dan Ekspresi Tulis
      Komunikasi lisan dan komunikasi tulis erat sekali berhubungan karena keduanya mempunyai banyak persamaan, antara lain:
a.    Anak belajar bebicara jauh sebelum dia dapat menulis; dan kosa kata, pola-pola kalimat, serta organisasi ide-ide yang memberi ciri kepada ujarannya merupakan dasar bagi ekspresi tulis berikutnya.
b.    Perbedaan-perbedaan terdapat pula antara komunikasi lisan dan komunikasi tulis. Ekspresi lisan cenderung ke arah kurang berstruktur, lebih sering berubah-ubah, tidak tetap, biasanya lebih kacau dan membingungkan daripada komunikasi tulis.Sebaliknya, komunikasi tulis cenderung lebih unggul dalam isi pikiran maupun struktur kalimat, lebih formal dalam gaya bahasa dan jauh lebih teratur dalam pengertian ide-ide.
c.    Pembuat catatan serta pembuat bagan atau rangka ide-ide yang akan disampaikan pada suatu pembicaraan, akan menolong siswa untuk mengutarakan ide-ide tersebut kepada para pendengar. Para siswa harus belajar berbicara dari catatan-catatan. Mereka membutuhkan banyak latihan berbicara dari catatan agar penyajiannya jangan terputus-putus dan tertegun-tegun. Biasanya bagan atau rangka yang dipakai sebagai pedoman dalam berbicara sudah cukup memadai, kecuali dalam kasus laporan formal dan terperinci yang memerlukan penulisan naskah yang lengkap sebelumnya.
      Guru bahasa haruslah melihat instruksi atau pengajarannya dalam konteks yang tepat lagi wajar. Sang guru harus melihat bahwa pengajaran manyimak, berbicara, dan menulis itu haruslah sering berhubungan serta berkaitan erat dengan keterampilan berbahasa yang keempat, yaitu  membaca. Segala usaha yang dilakukan untuk meningkatkan salah satu segi tersebut jelas akan berpengaruh kepada ketiga segi lainnya; dan melalaikan salah satu di antaranya, jelas pula memberikan  pengaruh jelek pada yang lainnya.

C. Tujuan Berbicara
      Berbicara itu lebih daripada hanya sekedar pengucapan bunyi-bunyi atau kata-kata. Berbicara adalah suatu alat untuk mengomunikasikan gagasan-gagasan yang disusun serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan sang pendengar atau penyimak.
      Mulgrave (dalam Tarigan,2008) menjelaskan bahwa berbicara merupakan instrumen yang mengungkapkan kepada penyimak hampir-hampir secara langsung apakah sang pembicara memahami atau tidak, baik bahan pembicaraannya maupun peyimaknya; apakah dia bersikap tenang serta dia dapat menyesuaikan diri atau tidak, pada saat dia mengomunikasikan gagasan-gagasannya; dan apakah dia waspada serta antusias atau tidak.
      Tujuan utama dari berbicara adalah untuk berkomunikasi. Agar dapat  menyampaikan pikiran secara efektif, sebaiknya sang pembicara memahami makna segala sesuatu yang ingin dikomunikasikan.
Selain itu, Iskandarwassid dan Dadang (2008:242) menjelaskan bahwa tujuan berbicara akan mencakup hal-hal berikut:
1.    Kemudahan berbicara
      Peserta didik harus mendapat kesempatan yang besar untuk berlatih berbicara sampai mereka mengembangkan keterampilan ini secara wajar, lancar, dan menyenangkan, baik di dalam kelompok kecil maupun di hadapan pendengar umum yang lebih besar jumlahnya.
2.    Kejelasan
Dalam hal ini peserta didik berbicara dengan tepat dan jelas, baik artikulasi maupun diksi kalimat-kalimatnya. Gagasan-gagasan yang diucapkan harus tersusun dengan baik. Dengan latihan berdiskusi yang mengatur cara berfikir yang logis dan jelas, kejelasan berbicara tersebut dapat dicapai.
3.    Bertanggung jawab
      Latihan berbicara yang bagus menekankan pembicara untuk bertanggung jawab agar berbicara secara tepat, dan dipikirkan dengan sungguh-sungguh mengenai apa yang menjadi topik pembicaraan, tujuan pembicaraan, siapa yang diajak berbicara, dan bagaimana situasi pembicaraan serta momentumnya. Latihan demikian ini akan menghindarkan peserta didik dari berbicara yang tidak bertanggung jawab atau bersifat silat lidah yang mengelabuhi kebenaran.
4.    Membentuk pendengaran yang kritis
      Latihan berbicara yang baik sekaligus mengembangkan keterampilan menyimak secara tepat dan kritis. Di sini peserta didik perlu belajar untuk dapat mengevaluasi kata-kata, niat, dan tujuan pembicara.
5.    Membentuk kebiasaan
     Kebiasaan berbicara tidak dapatt dicapai tanpa kebiasaan berinteraksi dalam bahasa yang dipelajari atau bahkan dalam bahasa ibu. Faktor ini demikian penting dalam mebentu kebiasaan berbicara dalam perilaku seseorang.

D. Jenis-jenis Berbicara
       Puji, dkk. (2008:6.35) mengemukakan bahwa klasifikasi berbicara dapat dilakukan berdasarkan tujuannya, situasinya, cara penyampaiannya, dan jumlah pendengarnya. Perinciannya adalah sebagai berikut:
1.    Berbicara berdasarkan tujuannya
a.    Berbicara memberitahukan, melaporkan, dan menginformasikan.
Berbicara untuk tujuan memberitahukan, melaporkan atau menginformasikan dilakukan jika seseorang ingin menjelaskan suatu proses; menguraikan, menafsirkan sesuatu; memberikan, menyebarkan atau menanamkan pengetahuan; dan menjelaskan kaitan, hubungan atau relasi antarbenda, hal atau peristiwa.
b.    Bicara menghibur
Berbicara untuk menghibur memerlukan kemampuan menarik  perhatian pendengar. Suasana pembicaraannya bersifaf santai dan penuh canda. Humor yang segar, baik dalam gerak-gerik, cara berbicara dan menggunakan kata atau kalimat akan memikta para pendengar.
c.       Berbicara membujuk, mengajak, meyakinkan atau menggerakkan
Dalam kegiatan berbicara ini, pembicara harus pandai merayu, mempengaruhi atau meyakinkan pendengarnya. Kegiatan berbicara seperti ini akan berhasil jika pembicara benar-benar mengetahui kemauan, minat, kebutuhan atau cita-cita pendengarnya.
2.   Berbicara berdasarkan situasinya
a.  Bebicara formal
Dalam situasi formal, pembicara dituntut untuk berbicara secara formal. Misalnya, ceramah dan wawancara.
b.    Berbicara informal
Dalam situasi informal, pembicara boleh berbicara secara tidak formal.
Misalnya, bertelepon.
3.    Berbicara berdasarkan cara penyampaiannya
a.    Berbicara mendadak terjadi jika seseorang tanpa direncanaka sebelumnya harus berbicara di muka umum.
b.    Berbicara berdasarkan catatan
Dalam berbicara seperti ini, pembicara menggunakan catatan kecil pada kartu-kartu yang telah disiapkan sebelumnya dan telah menguasai materi pembicaraannya sebelum tampil di muka umum.
c.    Berbicara berdasarkan hafalan
Dalam berbicara hafalan, pembicara menyiapkan dengan cermat dan menulis dengan lengkap bahan pembicaraannya. Kemudian, dihafalkan kata demi kata, kalimat demi kalimat sebelum membicarakannya.
d.   Berbicara berdasarkan naskah
Dalam berbicara seperti ini, pembicara telah menyusun naskah pembicaraannya secara tertulis dan dibacakannya pada saat berbicara. Jenis berbicara ini, dilakukan dalam situasi yang menuntut kepastian dan resmi, serta menyangkut kepentingan umum.

4.    Berbicara berdasarkan jumlah pendengarnya
a.    Berbicara antarpribadi
Berbicara antarpribadi terjadi jika dua orang membicarakan sesuatu. Suasana pembicaraannya dapat bersifat serius atau santai bergantung pada masalah yang diperbincangkan atau bergantung kepada hubungan kedua pribadi yang terlibat dalam pembicaraan.
b.    Berbicara dalam kelompok kecil
Pembicaraan seperti ini terjadi antara pembicara dengan sekelompok kecil pendengar (3-5 orang). Dalam kegiatan pembelajaran, jenis berbicara seperti ini, sering dilakukan. Kelompok kecil merupakan sarana yang dapat digunakan untuk melatih siswa mengungkapkan pendapatnya secara lisan, terutama untuk melatih siswa yang jarang berbicara. Suasana dalam kelompok kecil lebih memungkinkan siswa berani berbicara.
c.    Berbicara dalam kelompok besar
Jenis berbicara seperti ini terjadi apabila pembicara menghadapi pendengar yang berjumlah besar. Perpindahan peran dari pembicara menjadi pendengar atau dari pendengar menjadi pembicara dalam berbicara seperti ini kemungkinan kecil sekali, bahkan tidak terjadi.

E. Pembelajaran Berbicara
1. Pengertian Pembelajaran Berbicara
       Pembelajaran merupakan terjemahan dari instructional yaitu proses memberi rangsangan kepada siswa supaya belajar, sedangkan yang dimaksud dengan pembelajaran bahasa adalah proses memberi rangsangan belajar berbahasa kepada siswa dalam upaya siswa mencapai kemampuan berbahasa (Puji, 2008).Oleh karena berbicara adalah salah satu kemampuan dalam berbahasa maka pembelajaran berbicara adalah proses memberi rangsangan belajar berbicara kepada siswa dalam upaya siswa mencapai kemampuan berbicara.
2. Tujuan Pembelajaran Berbicara
      Tujuan Pembelajaran Berbicara pada siswa SD adalah siswa diharapkan mampu berbicara secara efektif untuk mengungkapkan gagasan, pendapat dan perasaan, dalam berbagai bentuk dan cara kepada berbagai sasaran sesuai dengan tujuan dan konteks pembicaraan.

3.     Karakteristik Pembelajaran Berbicara
              Kegiatan berbicara dapat berlangsung jika setidak-tidaknya ada dua orang yang berinteraksi, atau seorang pembicara menghadapi seorang lawan bicara. Kegiatan berbicara yang bermakna juga dapat terjadi jika salah satu pembicara memerlukan informasi baru atau ingin menyampaikan informasi penting kepada orang lain.  Berikut disajikan sejumlah karakteristik yang harus ada dalam kegiatan pembelajaran berbicara antara lain:
a.  Harus ada lawan bicara;
b.  Penguasaan lafal, struktur, dan kosa kata;
c.  Ada tema atau topik yang dibicarakan;
d.  Ada informasi yang ingin disampaikan atau sebaliknya ditanyakan;
e.  Memperhatikan situasi dan konteks.
3.    Strategi Pembelajaran untuk Meningkatkan Kemampuan Berbicara Siswa Sekolah Dasar
      Kamus besar bahasa Indonesia (dalam Puji,dkk.,2008) menjelaskan bahwa strategi bermakna rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus.
 Selain kegiatan, termasuk dalam strategi pembelajaran adalah materi dan paket pembelajaran.Dick & Carey (dalam Abdul,2012) menjelaskan strategi pembelajaran diartikan sebagai’Semua komponen materi, paket pengajaran, dan prosedur yang dilakukan untuk membantu siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran tertentu
a. Kriteria Pemilihan Materi Pembelajaran Berbicara
         Abdul (2012:66) mengemukakan bahwa materi pembelajaran adalah sekumpulan pengetahuan, sikap dan keterampilan yang harus dipelajari siswa untuk membantu tercapaiya kompetensi atau tujuan pembelajaran.
      Pemilihan materi pembelajaran berbicara bergantung pada jenis keterampilan berbicara yang akan dikembangkan dalam diri siswa. Kegiatan pembelajaran berbicara meliputi: menyapa, memperkenalkan diri, bertanya, menjawab pertanyaan, bercerita (menceritakan pengalaman, buku/cerita yang pernah didengarkan/dibaca), berpendapat dalam diskusi kelompok, memberi petunjuk, bermain peran, mewawancarai dan lain-lain.
Kriteria pemilihan bahan atau materi sebagai berikut:
1)  Sesuai dengan jenis keterampilan berbicara yang akan dilatihkan;
2) Bervariasi sehingga siswa mendapatkan pengalaman belajar yang beragam;
3)  Dapat mengembangkan kosakata sehingga keterampilan berbicara tidak menjemukan; 
4)   Memberikan contoh ketepatan ucapan (pelafalan), dan intonasi sehingga siswa mampu berbicara dengan jelas;
5)   Dapat mengembangkan wawasan yang lebih luas;
6)  Topik kegiatan berbicara harus aktual ( tengah menjadi sorotan publik);
7)   Bahan diorganisasi secara sistematis dengan mengikuti prinsip-prinsip pembelajaran (dari yang mudah ke yang sukar, dari yang dekat ke yang jauh dari yang dikenal ke yang tidak dikenal, dari yang sederhana ke yang kompleks);
8)   Kegiatan pembelajaran dikemas  yang menarik, kadang dilakukan di luar kelas;
9)   Menggunakan metode dan teknik yang dapat menumbuhkan minat siswa belajar dan tertarik dengan pembelajaran bahasa;
10)  Memilih sumber dan media pembelajaran yang dapat menumbuhkan pikiran-pikiran kritis dan kreatif.

      Pemilihan materi pembelajaran berbicara seharusnya sesuai dengan butir-butir materi yang telah digariskan di dalam standar isi. Selain itu, pemilihan materi juga disesuaikan dengan tingkat kelas, keadaan siswa, situasi dan kondisi yang melingkupinya serta kompetensi dasar yang harus dicapai pada setiap  tingkat. Di samping itu, pemilihan materi harus dikaitkan dengan kehidupan nyata siswa dan kecakapan hidup.

b.    Metode Pembelajaran Berbicara
     Menurut Abdul (2012)  metode mengajar lebih menunjuk kepada tehnik atau cara mengajar.Metode pembelajaran merupakan salah satu unsure dalam strategi pembelajaran. Berikut ini adalah ciri metode pembelajaran yang baik:
1)     Mengundang rasa ingin tahu murid;
2)      Menantang murid untuk belajar;
3)        Mengaktifkan mental, fisik dan psikis murid;
4)        Memudahkan guru;
5)        Mengembangkan kreatifitas murid; dan
6)        Mengembangkan pemahaman murid terhadap materi yang dipelajari.
Dalam strategi pengajaran, pemakaian beberapa teknik dipandang lebih menguntungkan daripada hanya menggunakan satu tehnik saja. Berikut ini adalah beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan berbicara pada anak SD:
1       1) Diskusi
      Metode diskusi adalah metode mengajar yang menghendaki sekelompok siswa membahas suatu masalah ditinjau dari berbagai segi atau sudut pandang (Abdul, 2012:81).
Tujuan penggunaan metode diskusi agar siswa dapat:
a)     Mengembangkan pengetahuannya untuk mengatasi masalah;
b)     Menyampaikan pendapatnya dengan bahasa yang baik dan benar;
c)     Menghargai pendapat orang lain;
d)    Merpikir kreatif dan kritis.

Dalam metode diskusi siswa dilatih untuk:
a)     Merumuskan masalah;
b)     Menerapkan tema pembicaraan;
c)     Menyampaikan pendapat dengan bertanggung jawab;
d)    Menghargai pendapat orang lain;
e)     Menarik kesimpulan;
f)      Menyusun laporan diskusi
   2)  Metode Inkuiri
      Metode inkuiri adalah suatu cara yang digunakan guru untuk mengajar di depan kelas yang dapat dilakukan dengan cara murid-murid diberi kesempatan untuk meneliti suatu masalah sehingga ia dapat menemukan cara penyelesaiannnya (Puji dkk., 2008:3.37). Misalnya, anak melakukan wawancara dengan narasumber yang ada di lingkungan sekolah atau  di rumah.
Tujuan metode inkuiri
a)     Membentuk dan mengembangkan rasa percaya diri;
b)     Mendorong siswa untuk berpikir kritis dan bekerja atas inisiatifnya sendiri;
c)     Mengembangkan bakat dan kecakapan individu;
d)    Memberi siswa kesempatan untuk belajar sendiri;
e)     Mendorong murid untuk memperoleh informasi.
Dalam metode inkuiri ini siswa dilatih untuk:
a)     Menyusun rencana kegiatan;
b)     Menentukan sasaran kegiatan;
c)     Menentukan target kegiatan;
d)    Berkomunikasi dengan orang lain;
e)     Mencari sumber informasi
         3) Metode Tanya-Jawab
       Tanya jawab adalah suatu teknik untuk member motivasi para murid agar timbul keberanian untuk bertanya atau menjawabpertanyaan guru selama proses pembelajaran berlangsung ( Puji dkk.,2008).
      Pada konteks pembelajaran, pertanyaan merupakan strategi pembelajaran yang paling umum digunakan di kelas. Moore (dalam Farida, 2006) menjelaskan bahwa bertanya (questioning) memainkan peranan penting dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Dalam pembelajaran, pertanyaan yang disusun dengan baik dapat menciptakan sikap kritis pada siswa. Hasil penelitia yang dikutip oleh Burn dkk. (dalam Farida, 2006) menunjukkan bahwa jenis pertanyaan yang diajukan guru tentang materi bacaan berpengaruh pada jenis informasi yang diingat siswa. Siswa dapat mengingat dengan baik informasi yang ditanyakan secara langsung. Dengan kata lain, dalam kegiatan belajar mengajar guru hendaknya sering memberikan pertanyaan kepada siswa-siswanya, baik secara individual, kelompok kecil, maupun kelas (Farida,2006:110).
Tujuannya adalah sebagai berikut:
a)     Siswa dapat mengerti dan mengingat kembali materi yang telah dipelajari, didengar atau dibaca;
b)     Siswa dapat berpikir secara kronologis atau runut;
c)     Siswa dapat mengetahui taraf pengetahuan dan pemahamannya;
d)    Siswa dapat memahami bacaan.

Dalam tanya jawab siswa berlatih:
a)     Merumuskan pertanyaan;
b)     Menyebutkan fakta;
c)     Menyampaikan opini atau tanggapan;
d)    Mengungkapkan kembali uraian secara runut;
e)     Menggunakan kata Tanya;
f)      Bersikap kritis.
4)   Metode sosiodrama dan bermain peran
      Teknik sosiodrama ialah mendramatisasikan dan mengekspresikan tingkah laku, ungkapan, gerak-gerik seseorang dalam hubungan soSial antarmanusia (Puji dkk.,2008).
      Abdul (2012) mengemukakan bahwa metode dramatisasi adalah metode mengajar di mana sekelompok siswa ditugasi memerankan atau membawakan suatu cerita atau drama baik cerita fiktif maupun cerita sejarah.
Tujuan teknik sosiodrama dan bermain peran adalah agar siswa dapat:
a)     Memahami perasaan orang lain;
b)     Menempatkan diri dalam situasi orang lain;
        c)     Mengerti dan menghargai perbedaan pendapat.
Dalam sosiodrama dapat mengembangkan kemampuan siswa dalam berlatih:
a)     Menjiwai peran yang dimainkan;
b)     Mengemukakan pendapat;
c)     Memecahkan masalah bersama;
d)    Menarik kesimpulan dari sebuah peristiwa; dan
e)     Bersosialisasi dengan lingkungan.
c.    Media Pembelajaran Berbicara
      Ditinjau dari segi bahasa, istilah media (jamak) medium (tunggal) mengandung arti perantara. Dalam kegiatan sehari-hari di sekolah, media sering diartikan sebagai alat peraga. Gangne &  Reiser (dalam Abdul,2012) menjelaskan bahwa dalam hubungannya dengan  pembelajaran, media diartikan sebagai ‘sarana fisik yang digunakan untuk mengkomunikasikan pesan pesan pembelajaran kepada siswa’.
      Media pembelajaran merupakan alat bantu yang digunakan guru untuk mempermudah proses pembelajaran. Proses pembelajaran merupakan urutan kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa untuk menguasai kompetensi dasar.  Oleh karena itu, penentuan media pembelajaran selalu berkaitan dengan materi dan kompetensi dasar.
      Media yang dapat digunakan dalam pembelajaran berbicara antara lain, gambar, televisi, melalui hubungan pribadi dan pengalaman langsung  misalnya melalui diskusi, tanya jawab, dan lain sebagainya.
d.   Penilaian berbicara
      Dibandingkan dengan penilaian pembelajaran keterampilan berbahasa lainnya penilaian pembelajaran keterampilan berbicara sulit dilaksanakan, karena persiapan, pengadministrasian, pelaksanaan dan perskorannya memerlukan banyak waktu dan tenaga.Selain hal-hal tersebut keterampilan berbicara sulit dilaksanakan karena hakikat kemampuan berbicara itu sendiri sulit didefinisikan. Akibatnya, terjadi perbedaan pendapat dalam menentukan criteria penilaian. Ada yang beranggapan bahwa tata bahasa, kosokata, dan pelafalan  merupakan aspek-aspek yang harus dinilai dalam pembelajaran berbicara. Ada juga yang berpendapat bahwa kelancaran berbicara dan ketepatan berekspresi merupakan faktor yang penting dalam penilaian pembelajaran berbicara.
            Ada tiga jenis tes yang dapat digunakan guru untuk mengukur kemampuan berbicara para siswanya, antara lain:
1)      Tes respons Terbatas
a)      Tes respons terarah
Dalam tes respons terarah, siswa diminta menirukan isyarat (cue) yang disampaikan guru.
b)      Tes isyarat atau penanda gambar
Gambar dapat digunakan untuk mengukur kemampuan berbicara siswa kelas rendah. Guru dapat menggunakan gambar sederhana sebagai dasar untuk bertanya.
c)      Tes berbicara nyaring
Guru meminta siswa membaca dengan bersuara kalimat atau paragraph yang disediakan.
2)      Tes terpadu
a)      Tes parafrase
Dalam pelaksanaannya, tes keterampilan berbicara ini dapat dipadukan dengan pembelajaran menyimak dan membaca. Siswa diminta menyimak atau membaca cerita. Kemudian, mereka diminta menceritakan kembali hasil menyimak atau membacanya dengan kata-katanya sendiri.
b)      Tes penjelasan
Siswa diminta untuk menjelaskan topic tertentu dalam waktu yang telah ditetapkan, misalnya dalam waktu 3 menit. Kegiatan ini dapat diawali dengan memberikan rangsangan dengan cara memperlihatkan gambar atau benda-benda lain yang diakrabi siswa, misalnya sambil memperlihatkan sebatang pensil guru meminta siswa tertentu untuk mendeskripsikannya.
c)      Tes Bermain Peran Terpadu
Tes ini diberikan kepada siswa yang kurang mampu berimajinasi atau pemalu. Guru memberikan siswa naskah dialog. Sebelum dialog dilangsungkan guru menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan dialog. Topik yang diangkat dalam dialog, sebaiknya berkaitan dengan hal-hal yang dekat dengan siswa.

3)      Tes wawancara
 Wawancara tidak hanya sebatas menanyakan nama, usia, pekerjaan kepada orang yang diwawancarai. Dalam wawancara, antara siswa yang satu dengan yang lainnya, terjadi percakapan seperti halnyamereka bercakap-cakap dalam kehidupan sehari-hari. Selama berwawancara, siswa pewawancara harus bersikap wajar, tidak dibuat-buat, dan tidak bersikap kasar.Wawancara dapat dijadikan contoh wujud kegiatan berbahasa yang sebenarnya, tetapi waktu yang diperlukan untuk itu cukup banyak.

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
                 A.  Kesimpulan
      Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan. Keterampilan berbicara dapat meningkat jika ditunjang oleh keterampilan berbahasa yang lain, seperti menyimak, membaca, dan menulis.
Keterampilan memilih strategi pembelajaran merupakan keterampilan yang perlu dimiliki oleh para guru dan para pendidik lainnya. Hal ini dikarenakan strategi pembelajaran sangatlah penting dalam pelaksanaan pembelajaran, sehingga harus dipilih dengan cermat agar dapat digunakan secara optimal dan kompetensi pembelajaran yang diinginkan dapat tercapai.          
Materi pembelajaran, metode pembelajaran, media pembelajaran dan evaluasi hasil belajar adalah unsur-unsur dalam strategi pembelajaran. Oleh karena itu, dalam memilih strategi pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan kemampuan berbicara siswa SD, guru harus memperhatikan beberapa unsur-unsur strategi pembelajaran yaitu materi pembelajaran, metode pembelajaran, media pembelajaran dan evaluasi hasil belajar.
B.    Saran
Saran yang dapat disampaikan Penyusun antara lain:
1.      Para guru maupun para pendidik harus memiliki pengetahuan dan pengalaman yang berkenaan dengan strategi pembelajaran. Dengan memiliki kemampuan memilih strategi pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan kemampuan berbicara siswa SD, para guru dapat melaksanakan kegiatan pembelajaran yang efektif, sehingga kompetensi pembelajaran berbicara yang diinginkan dapat tercapai.
2.      Dalam memilih strategi pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan kemampuan berbicara siswa SD, guru harus memperhatikan beberapa unsur-unsur strategi pembelajaran yaitu materi pembelajaran, metode pembelajaran, media pembelajaran dan evaluasi hasil belajar.
 
DAFTAR PUSTAKA

Santosa, Puji., dkk. 2008. Materi Pembelajaran Bahasa Indonesia SD. Jakarta:    Univrersitas Terbuka.

Tarigan, H. G.2008.  Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbicara. Bandung: Angkasa.

Iskandarwassid ,dan Dadang, S.2008. Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung:
              PT RemajaRosdakarya.

Rahim, Farida. 2006. Pengajaran Membaca SD. Jakarta: Bumi Aksara.

Gafur, Abdul.2012. Desain Pembelajarn: Konsep, Model, dan Aplikasinya Dalam Perencanaan Pelaksanaan Pembelajaran. Yogyakarta: Ombak.

0 comments:

Post a Comment

Free Flash TemplatesRiad In FezFree joomla templatesAgence Web MarocMusic Videos OnlineFree Website templateswww.seodesign.usFree Wordpress Themeswww.freethemes4all.comFree Blog TemplatesLast NewsFree CMS TemplatesFree CSS TemplatesSoccer Videos OnlineFree Wordpress ThemesFree CSS Templates Dreamweaver